Siwo-Siwo Bango
Siwo-siwo bango mau bengi jarene turu sedeku
Kari-kari turu njebabah
Nguk...anakku gepeng
Nguk...anakku pendeng
Mak gemak..wis menengo
Tak ijoli omah gedong pager bata
Nguk...tak gawe opo
Nguk...tak gawe opo
"Anak- anak, kalian tahu lagu tersebut? Pernah mendengar?"tanyaku pada anak- anak saat kami berkumpul santai siang tadi.
" Nggak tahu Mak," jawab kakak.
" Cerita...ayo dong cerita mak," rengek si Adik.
"Amal ......," pancingku.
" Amal Sholih..hi..hi..," kakak dan adik menyahut bersamaan.
Tembang Jawa tersebut berisi tentang kisah seekor burung puyuh yang meratapi kematian anaknya. Anaknya mati karena tertimpa tubuh si Burung bangau ketika tidur.
"Paman bangau...katanya tadi malam mau tidur menekuk..tapi ternyata kau tidur terlentang. Hu..hu..hu..anakku tertimpa tubuhmu jadi mati terjepit," tangis si Burung Puyuh.
Burung Bangau menjawab," Sudahlah...tenang...nanti akan kuganti dengan rumah yang megah dan mewah."
" Untuk apa? Aku tak butuh itu semua..hu...hu...hu...," burung Puyuh terus menangis.
"Nah..kira2 kalian tahu tidak, mengapa burung puyuh tidak mau menerima rumah megah dan mewah sebagai ganti atas kematian anaknya?"
"Karena Burung Puyuh sangat sayang pada anaknya," jawab kakak.
" Betul sekali. Anak adalah harta yang paliiing berharga bagi orang tua. Maka tidak akan mungkin dapat digantikan dengan harta sebanyak apa pun. Begitu juga dengan kalian. Kalianlah emas..permata ..berlian hatinya Emak."
Aku cium dan peluk mereka satupersatu.
teringat ibu saya, Rr Martina Sumarsri, lahir 22 Sep 1929 yang telah melahirkan saya dan sering menyanyikan lagu tersebut ketika kami akan tidur
BalasHapus