Cacing yang Tersesat
Hari ini aku mencoba membuat satu cerita yang berhubungan dengan mencintai lingkungan sekitar berkaitan dengan polusi tanah. Aku ceritakan pada duo jagoanku sebelum mereka tidur.
Suatu pagi , seekor cacing tanah kecil bernama Pipi berpamitan pada ibunya untuk bermain.
"Bu...Cici main dulu,ya..", kata Cici kepada ibunya.
"Hati-hati,nak. Ingat waktu,ya," pesan Ibu Cici.
Biasanya, CIci akan segera pulang ketika waktu sembahyang telah tiba. Cici senang sekali berkelana di lorong-lorong kecil dekat rumahnya. Sekedar bermain ke tempat sahabatnya Capi atau berputar-putar di sekitar kompleks Kota Cacing.
Cici memulai petualangannya dari rumah tante Rici di lorong sebelah kanan rumahnya.
"Tara..ra...ra...aku gembira. Berpetualang dengan hati senang," senandung Cici sambil melenggak lenggokkan ekornya. Cici melihat ada sahabatnya,Capi , sedang kebingungan mencari sesuatu.
"Ada apa,Capi?" tanya Cici.
"Aku sedang mencari ibuku. Aku ingin menyusul ke tempat jualannya,"jawab Capi.
"Ayo..aku temani. Sepertinya lewat sini," kata Cici seolah yakin dengan perkiraannya.
Mereka berdua akhirnya menyusuri lorong-lorong ke kota sebelah untuk menyusul Ibu Capi yang sedang berjualan. Setelah cukup jauh mereka berhenti sejenak.
"Cici,apa kamu yakin ini jalan menuju pasar?" Tanya Cici.
"Hmmm...sepertinya iya. Tapi kok gak ketemu-ketemu,ya," jawab Cici.
Tiba-tiba...ada suara yang mengagetkan..."Tolong...toloong...ada banjir detergen...lari...lari dari sini..."suara itu adalah peringatan bahwa kawasan itu sedang tidak amsn bagi para cacing karena ada manusia yang membuang limbah detergen di sekitar tempat itu.
Para cacing lari kalang kabut. Tak lagi mencermati mana lorong menuju rumah mereka. Begiti pula dengan Cici dan Capi. Mereka terus berlari hingga akhirnya tiba di jalan buntu. Rupanya tempat itu sudah tercemar dengan limbah plastik yang begitu banyak sehingga tidak ada lagi lorong yang bisa dipakai berlari-lari anak cacing seperti mereka.
Mereka bingung. Mau pulang pun sudah bingung ke mana arahnya. Mereka hanya bisa menangis.
"Hu..hu..hu..ibu. Kami di sini bu..." mereka memanggil-manggil ibu mereka. Berharap ibu mereka mendengar dan segera menolong mereka. Namun tak berapa lama.." Cici..Capi...kenspa kalian di sini. Ini tempat yang berbahaya...ayo Kakak antar pulang," Kak Doci, petugas patroli kota cacing datang menghampiri mereka dan mengantar mereka pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar